Memasuki era millenium, band – band cadas yang lahir di Solo semakin banyak. Salah satu band yang lahir pada awal 2000an dan kemudian juga menjadi salah satu band yang menonjol dalam scene musik rock di Solo adalah Spirit Of Life. Pengusung panji Hardcore ini ikut meriuhkan scene musik rock Solo sejak tahun 2002 dan masih aktif hingga saat ini.
Spirit of Life sudah merilis satu buah album berjudul “Where There is Life,There is Hope” pada tahun 2007. Pada 2009 mereka juga mengeluarkan sebuah demo berisi empat lagu yang salah satu lagunya masuk dalam kompilasi “The Gank Is Back” (2010), sebuah album kompilasi yang menampilkan band – band kota Solo.
Nama lain yang juga muncul pada sekitar akhir 90an awal 2000an adalah Down For Life. Mengusung genre metalcore pada awalnya, band ini merupakan gabungan personil dari beberapa band di antaranya adalah Apoticore dan Sabotage. Apoticore adalah band hardcore asal Solo sementara Sabotage adalah salah satu elemen hardcore kota Yogyakarta yang familiar pada tahun 90an.
Meski sempat beberapa kali gonta – ganti personil, tapi band ini tetap bertahan dan mampu menarik perhatian publik kota Solo, utamanya para penggemar metal, melalui penampilan – penampilan mereka di atas panggung. Gaung nama Down For Life pun semakin meluas seiring makin seringnya mereka melakoni pentas demi pentas baik di kota – kota lain di seputaran Jawa Tengah dan beberapa kota lain di pulau Jawa.
Tahun 2008, setelah kurang lebih delapan tahun terbentuk, Down For Life melepas album pertamanya “Simponi Kebisingan Babi Neraka”. Album ini mendapat respon yang baik dari publik metal kota Solo dan sekitarnya. Kiprah selama delapan tahun nampaknya memberikan dampak positif bagi distribusi album band satu ini. Dengan cepat lagu – lagunya sudah beredar di kalangan metalhead solo dan bahkan tersebar di banyak warnet di kota Solo.
Pada 16 September 2013 lalu Down For Life telah merilis album keduanya yang akan diberi judul “Himne Perang Akhir Pekan”. Kabarnya album yang cukup lama dipersiapkan oleh Stephanus Adjie dkk itu telah ludes hingga 1.000 keping pada minggu pertama rilisnya.
Dekade 2000an juga menjadi dekade lahirnya band – band seperti Enforced, Never Again, Take And Awake, Lord Symphony dan yang terhitung bungsu, adalah Matius III:II dan Werewolf yang terbentuk pada akhir dekade 2000an.
Band – band yang terbentuk pada era 2000 hampir semuanya telah memiliki album atau mini album yang kemudian didistribusikan meski dalam jumlah yang tak banyak. Mereka juga menunjukkan kualitasnya melalui konser dari panggung ke panggung. Sebuah hal yang wajib diacungi jempol mengingat di era digital saat ini kebanyakan band – band di Indonesia hanya merekam satu biji single yang kemudian diunggah ke internet lalu sesekali tampil di acara – acara musik dengan panggung kecil tapi dipenuhi oleh banyak orang dan kemudian berharap nama band mereka bisa ngetop.
Sebelumnya, pada tahun 2004 beberapa individu yang terlibat di Down For Life mulai bergerak membentuk wadah event organizer untuk menggelar acara – acara musik rock atau metal di kota Solo. Hasilnya adalah sebuah event yang bernama Rock In Solo. Event yang awalnya hanya dimaksudkan untuk semakin meramaikan scene musik rock di Solo ini kemudian berkembang menjadi salah satu event musik rock yang cukup besar di pulau Jawa dan bahkan Indonesia.
Pada tahun – tahun awal penyelenggaraannya, para pengisi acara yang tampil masih berkutat pada band – band lokal baik yang berasal dari Solo maupun dari kota – kota lain. Sepanjang empat kali penyelenggaraan sebelumnya, Rock In Solo tercatat pernah menampilkan band – band seperti Burger Kill, Seringai, Tengkorak dan Death Vomit, selain tentu saja band – band Solo seperti Makam, Spirit of Life dan Down For Life.
Pada penyelanggaraannya yang ketiga tahun 2009 Rock In Solo mulai menampilkan band manca negara. Psycroptic, band death metal asal Australia didaulat menjadi band manca negara pertama yang bermain di gelaran Rock In Solo yang ketika itu diselenggarakan di GOR Manahan.
Setelah itu pada gelaran keempat tahun 2010, giliran Dying Fetus, trio death metal asal Maryland, Amerika Serikat, diboyong ke Solo dan sukses bermain di hadapan ribuan metalheads yang memadati stadion Sriwedari.
Memasuki penyelenggaraannya yang kelima tahun 2011, Rock In Solo menampilkan enam band manca negara dengan menampilkan headliner Death Angel, salah satu band thrash metal yang besar dalam scene Bay Area Thrash Metal San Francisco, Amerika Serikat. Rock In Solo 2011 juga akan menampilkan Kataklysm, jagoan death metal asal Montreal, Canada. Empat band lain yang juga tampil adalah Deranged asal Swedia. Dari Korea hadir Oathean yang berbau black metal dan Ishtar yang mengusung gothic metal. Sementara dari Perth, Australia, tampil band death metal Enforce. Mereka semua tampil di venue Alun-Alun Utara Surakarta.
Tahun 2012, masih menggunakan Alun-Alun Utara sebagai venuenya, Rock In Solo memasuki edisinya yang keenam dengan menggandeng raksasa death metal asal Buffalo, New York Cannibal Corpse yang disandingkan dengan puluhan band-band lokal dan nasional seperti Jasad, Jeruji, dan Dead Vertical.
Rock In Solo pun terus bergerak dengan paket ketujuhnya pada tahun 2013 yang akan digeber selama dua hari pada tanggal 2-3 November 2013. Kali ini Lapangan Kota Barat yang terletak di tengah kota Solo dipilih sebagai venue acara. Sementara headliner yang akan tampil adalah dedengkot blackened death asal Polandia Behemoth. Band lain yang juga akan tampil adalah death metal Italia Hour Of Penance serta puluhan band dalam negeri di antaranya adalah Noxa, ((Auman)) dan Down For Life.
Keberadaan Rock In Solo menunjukkan bahwa episentrum scene musik rock di Indonesia tidak hanya berkutat di kota – kota besar saja. Tanpa mengecilkan peran event – event lain yang sejenis di Solo, Rock In Solo tak bisa dibantah lagi merupakan event pertunjukkan rock di kota Solo yang telah menaikkan gengsi kota Solo dalam scene musik rock di Indonesia saat ini dan merupakan salah satu event rock yang cukup dikenal dalam skala nasional.
Sepanjang tahun 2000 hingga 2010 kota Solo mengalami sebuah progres dalam pergerakan scene musik rocknya. Banyaknya band – band yang lahir dan berkarya serta hadirnya event – event pertunjukan seperti Rock In Solo memberikan atmosfir yang mendukung perkembangan musik rock di Solo. Tapi bicara tentang scene musik rock kota Solo tentu tak hanya bicara tentang band – bandnya saja. Ada alasan lain kenapa kota ini muncul sebagai kota yang belakangan ini mengalami perkembangan scene musik rock yang cukup pesat.
(to be continued..)
sumber: http://rockinsolo.com/main/berita/geliat-musik-cadas-kota-bengawan-bagian-2/#sthash.0YG5qgue.dpbs
No comments:
Post a Comment